Para pakar antropologi belum tepat sama sekali, atau benar-benar konsisten, dalam memakai konsep yang penting ini. Beberapa upaya untuk memberikan definisi menunjukkan beberapa segi budaya:
Suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Tylor 1871)
Keseluruhan dari pengetahuan, sikap dan pola perilaku yang merupakan kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu. (Linton 1940)
(Semua) rancangan hidup yang tercipta secara historis, baik yang eksplisit maupun yang implisit, rasional, irasional, dan nonrasional, yang ada pada suatu waktu sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia. (Kluckhohn dan Kelly 1945)
Keseluruhan realisasi gerak, kebiasaan, tata cara, gagasan, dan nilai-nilai yang dipelajari dan diwariskan dan perilaku yang ditimbulkannya (Kroeber 1948)
Bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia. (Herskovits 1955)
Pola, eksplisit dan implisit, tentang dan untuk perilaku yang dipelajari dan diwariskan melalui simbol-simbol, yang merupakan prestasi khas manusia, termasuk perujudannya dalam benda-benda budaya. (Kroeber dan Kluckhohn 1952)
Budaya Sebagai Konsep Gagasan
Goodenough (1957, 1961) telah mengemukakan bahwa kebanyakan definisi dan pemakaiannya telah mengaburkan perbedaan penting antara pola untuk perilaku dan pola dari perilaku. Kenyataannya, kata Goodenough, para pakar antropologi berbicara tentang dua tatanan semesta yang sangat berbeda jika mereka menggunakan istilah budaya - dan terlalu sering mereka mondar-mandir antara dua pengertian ini. Pertama, budaya digunakan untuk mengacu pada "pola kehidupan suatu masyarakat - kegiatan dan pengaturan material dan sosial yang berulang secara teratur" yang merupakan kekhususan suatu kelompok manusia tertentu (Goodenough 1961:521). Dalam pengertian ini, istilah budaya telah mengacu pada kedalaman fenomena benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang bisa diamati "di sana" di dunia. Kedua, istilah budaya dipakai untuk mengacu pada sistem pengetahuan dan kepercayaan yang disusun sebagai pedoman manusia dalam mengatur pengalaman dan persepsi mereka, menentukan tindakan, dan memilih diantara alternatif yang ada. Pengertian budaya yang demikian ini mengacu pada dunia gagasan.
Kita akan membatasi istilah budaya sebagai suatu sistem pemikiran. Budaya dalam pengertian ini mencakup sistem gagasan yang dimiliki bersama, sistem konsep, aturan serta makna yang mendasari dan diungkapkan dalam tata cara kehidupan manusia. Budaya yang didefinisikan seperti itu mengacu pada hal-hal yang dipelajari manusia, bukan hal-hal yang mereka kerjakan dan perbuat. Sebagaimana dikatakan oleh Goodenough (1961:522), pengetahuan ini memberikan "patokan guna menentukan apa, . . . guna menentukan bisa jadi apa, . . . guna menentukan bagaimana kita merasakannya, . . . guna menentukan apa yang harus diperbuat tentang hal itu, dan . . . guna menentukan bagaimana melakukannya".
Budaya Sebagai Sistem Makna Yang Dimiliki Bersama
Budaya tidak terdiri dari benda-benda dan peristiwa-peristiwa yang dapat kita amati, hitung dan ukur: budaya terdiri dari gagasan-gagasan dan makna-makna yang dimiliki bersama-sama. Clifford Geertz, meminjam dari pakar filsafat Gilbert Ryle, memberikan contoh yang menarik. Misalnya kejapan mata (yang tidak disengaja) dan kedipan mata yang disengaja. Sebagai peristiwa lahiriyah, keduanya mungkin serupa - pengukuran keduanya tidak akan menemukan perbedaan. Yang satu adalah tanda, kode yang mengandung makna yang sama bagi orang Amerika (tetapi yang mungkin tidak akan bisa dimengerti oleh orang Eskimo atau orang Aborijin Australia). Hanya dalam kesemestaan makna yang dimiliki bersama, bunyi-bunyi dan peristiwa-peristiwa fisik bisa dipahami dan meneruskan informasi.
Geertz berpendapat bahwa makna-makna budaya adalah umum, dan realisasinya terdapat pada pemikiran masing-masing orang. Suatu sandi untuk berkomunikasi ada dalam pengertian yang berada di luar pengetahuan perseorangan tentang hal itu. Sebuah kuartet Beethoven ada dalam pengertian yang menembus individu-individu yang mengetahuinya, memainkannya atau mencetak buku musiknya.
Daftar Pustaka
Keesing, Roger M. 1981. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Moga jadi antropolog yg sukses and cakep :)
BalasHapus